Thursday, April 11, 2019

Kontribusi Software Open Source Dalam Era Industri 4.0


JAKARTA - PT Equnix Business Solutions (Equnix) mengungkapkan bahwa revolusi industri 4.0 yang akan terjadi dalam waktu dekat ini butuh software Open Source sebagai infrastruktur utamanya.

CEO PT Equnix Business Solutions, Julyanto Sutandang berpandangan bahwa revolusi industri 4.0 hanya bisa terjadi dengan bantuan software open source. Julyanto lebih lanjut memberi contoh saat ini semua perusahaan rintisan atau startup hanya mau menggunakan software open source yang murah.

Selain startup, beberapa perusahaan besar lainnya seperti halnya perbankan serta manufaktur, perlahan tapi pasti mulai beralih ke software open source demi efisiensi produksi. Menurut Julyanto, penghematan akibat peralihan dari software lisensi berbayar ke open source ini bisa menghemat sekitar kisaran Rp300 miliar.

"Software berbasis open source menjadi jawaban atas ketimpangan sistem lisensi software yang cenderung kurang adil serta bersifat kapitalistik. Masa depan solusi ini sangat prospektif, terlebih di era revolusi industri 4.0 sekarang ini," ujarnya, Rabu (27/3/2019).

Julyanto  lebih detail mengakui software lisensi berbayar kini membuat pengguna repot ketika muncul masalah yang hanya bisa diatasi oleh perusahaan pemegang lisensi tersebut.

Pasalnya, menurut Julyanto, yang mengetahui letak permasalahan dari software itu hanyalah pemilik lisensi serta hal tersebut membuat biaya pemeliharaan software berlisensi berbayar menjadi besar.

"Berbeda dengan open source yang arsitektur software-nya transparan serta bisa diketahui pengguna. Jika ada masalah bisa ditangani dengan sendiri, atau pihak yang sudah terlatih tentunya," ungkapnya.

Untuk sekedar diketahui, Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa Indeks Pembangunan Teknologi Informasi serta Komunikasi atau IP-TIK Nasional 2017, masih rendah, atau berada di level 4,99 dari skala 1-10.

Sedangkan pada tingkat global, Indonesia berada di posisi urutan ke-45 dari 140 negara atau ke-4 di wilayah Asia Tenggara, dalam daftar The Global Competitiveness Report 2018, yang dikeluarkan oleh World Economic Forum.

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menyambut revolusi industri 4.0 adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM) di industri teknologi informasi untuk mencapai potensi ekonomi digital sebesar US$150 miliar atau setara Rp 2.100 triliun pada 2025.